Kamu adalah seorang karyawan freelance penulis pendamping untuk sebuah novel dengan genre horror. Beberapa dari tulisanmu bagus dan membawa emosi pembaca, namun beberapa dari tulisanmu tampak buruk dan menjadi bahan kekesalan bosmu. Bosmu mencari ide bagaimana agar feelingmu dalam menulis kembali saat kamu sukses menulis cerita-cerita horror dulu, bos mu menemukan ide bahwa agar feelingmu mengena dalam menulis cerita horror maka kamu harus bertugas menulis di kantor pada jam 10 malam ke atas di ruangan kantor penerbitan mereka seorang diri. Kamu sebenarnya keberatan dengan ide ini, kamu tidak mau waktumu begitu saja di atur oleh orang lain. Kamu punya hak menikmati waktumu dengan orang lain. Dengan someone special mu misalnya, kamu tidak mau seluruh waktumu habis untuk bekerja. Namun karena kamu sedang dalam desakan finacial akhirnya kamu setuju dengan saran bosmu.
Mulailah kamu bekerja pada pukul 10 malam hari itu seorang diri di kantor dengan laptop butut kesayanganmu. Saat sedang menulis seorang diri di kantor, hari pertama semua kesunyian di ruang gelap itu tidak berarti apapun bagimu. Hari kedua pun begitu, kamu bahkan sempat tertidur pulas selama dua jam di kantor sepi dan gelap itu. Namun pada hari ketiga kamu mulai resah, kegelapan sudut-sudut ruangan kantor itu serasa mendekapmu erat, begitu erat hingga kamu sulit bernafas. Kesunyian ruangan itupun terasa berdengung-deng
Kamu telah tiba di ruang kecil belakang tempat membuat kopi, kamu membuat kopi di cangkir yang besar. Kamu kemudian kembali keruanganmu dengan membawa cangkir besar berisi kopi itu.
Kamu kembali ke mejamu dan kembali mengetik di laptopmu. 'tidak ada apa-apa semua akan baik-baik saja' katamu berulang kali dalam pikiranmu. 'bagaimana jika semua tidak baik-baik saja? ' kata pikiranmu yang lain. 'diam! ' pikiranmu semakin ramai dengan banyak kata-kata yang memusingkan.
Kamu terkejut setengah mati, diantara keremangan ruangan gelap dari ruangan tempatmu duduk dan mengetik di pintu yang terbuka yang terhubung ruangan utama kamu melihat sosok mirip manusia berdiri sedang menatapmu. Sosok itu tinggi pucat dengan rambut panjang
Terurai. Kamu gemetaran karena kamu yakin kamu sedang berada seorang diri di ruangan kantor penerbitan itu sejak tadi. Kamu mengucek matamu untuk meyakinkan diri dan pada pandangan yang kedua kamu sudah tidak melihat sosok itu lagi dalam kegelapan. Kamu berpikir bahwa kamu telah berhalusinasi, tapi kamu yakin benar bahwa sosok yang kamu lihat tadi bukan halusinasi. Kamu mengerjakan tulisan bab terakhir novel horrormu dengan tergesa-gesa. Kamu baru menyadari bahwa ketakutan yang sangat membuat kreatifitasmu meningkat hampir seperti meledak, novel horror 70 halaman itu selesai kamu kerjakan, dan tulisan horror di halaman demi halaman itu begitu hidup sehingga kamu menjadi ketakutan sendiri.
Di tengah kesunyian kamu mendengar suara kucing. 'darimana suara kucing itu berasal? '
Kamu menyusuri ruangan gelap kantor penerbitan itu ruangan demi ruangan untuk mencari asal sumber suara kucing tadi. Disana di sudut ruang gelap dekat tangga kamu menemukan seekor kucing hitam. Kamu mengendong kucing hitam itu dalam pelukanmu. Kamu senang karena kucing hitam itu terlihat manis dan lucu, tapi kamu juga bingung bagaimana bisa kucing ini berada di lantai delapan gedung perkantoran dua puluh lantai pada malam hari? Belum lagi kebingungan kamu itu hilang, kamu mendegar suara seseorang dari belakang. "kembalikan kucingku! " suara itu terdengar serak dan penuh kebencian, kamu menoleh dan terkejut melihat sosok wanita berambut panjang terurai dengan wajah pucat mengerikan menatapmu dengan penuh kebencian, sosok wanita itu adalah sosok yang sama yang kamu lihat sebelumnya di ruangan tempat kamu mengetik tadi.
'Arrrggggghhh! " kamu berteriak dan kamu tiba-tiba saja jatuh berguling-gulin
Dan sial bagimu karena novelmu ternyata laris di pasaran karena para pembaca tertarik dengan cerita horror yang ditulis oleh penulisnya yang mati secara tragis setelah menyelesaikan novel itu.
Bosmu sampai bergadang beberapa hari untuk mendiskusikan pemasaran novelmu. Dan bosmu berani bersumpah bahwa saat dia sedang sendirian di ruangan fotocopy dia melihat sosok pemuda berwajah murung tampak berdiri diam di sudut ruangan gelap, dan sosok pemuda itu adalah dirimu, setelah enam bulan pemakamanmu.
Author by Didik Mawan Sunardi